PENDAHULUAN
Rumusan
tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Salah
salah satu ciri manusia berkualitas dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 di atas
adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia.
Dengan demikian salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan nasional adalah
ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia.
Ilmu-ilmu
pada hakikatnya berasal dari Allah SWT, karena sumber ilmu tersebut berupa
wahyu, alam jagat raya, manusia dengan perilakunya, alam pikiran, dan intusi
batin seluruhnya ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan demikian
para ilmuwan dalam berbagai bidang keahlian tersebut sebenarnya bukanlah
pencipta ilmu, tapi penemu ilmu, penciptanya adalah Tuhan. Atas dasar paradigma
tersebut, seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya,
sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari
Tuhan. Atas dasar pandangan ini, maka tidak ada dikotomi yang mengistimewakan
antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
Berkaitan
dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia maka yang perlu dikaji lebih lanjut
ialah peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003
bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan merupakan salah satu
bahan kajian dalam semua kurikulum pada semua jenjang pendidikan, mulai dari TK
sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran
yang wajib diikuti oleh peserta didik bersama dengan Pendidikan Kewarganegaraan
dan yang lainnya.
Tantangan
yang dihadapi dalam Pendidikan Agama, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai
sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama
Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana
mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia.
Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan
tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki
keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan
akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. Maka saat ini yang
mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru
Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan pendekatan dan metode-metode
pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai
ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus
dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendekatan Pendidikan Islam
2.1.1 Pengertian Pendekatan
H.M Habib Thaha
mendefiniskan pendekatan adalah cara pemrosesan subyek atas obyek untuk
mencapai tujuan. Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek
permasalahan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedangkan Prof. Dr. Oteng
Sutisna, M.Sc lebih praktis dalam memahami pengertian ”pendekatan”. Pendekatan
adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu.
Yang pertama disebut dengan pendekatan pengertian ”tugas” dan yang kedua adalah
pendekatan dalam pengertian ”proses”.
Penggunaan istilah ”pendekatan” memiliki arti yang berbeda-beda tergantung
kepada obyek apa yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian
pemikiran yang akan dikembangkan. Dalam konstek belajar, approach dipahami
sebagai segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang
efesiensi dan efektifitas dalam proses pembelajaran tertentu. Dengan demikian
sesungguhnya approach adalah seperangkat langkah operasional yang direkayasa
sedemikian rupa, untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Dalam pemikiran pendidikan terdapat beberapa istilah yang selalu
berkait yaitu pendidikan, pengajaran dan pembelajaran.
Pengajaran - guru yang mengajar dengan cara
menyampaikan pelajaran semata-mata. Guru biasanya berdiri di depan kelas,
mengahadapi siswa dan menjelaskan materi pelajaran. Siswa duduk dengan rapi,
mendengarkan dan mencatat uraian guru, dihafalkan agar kelak dapat menjawab
pertanyaan dengan baik jika diadakan ulangan. Sistem pengajaran tersebut
bersifat pasif (tidak ada dinamika pemikiran) dan verbalistic (disampaikan
dengan lisan). Secara sederhana situasi pengajaran demikian digambarkan dengan
"DUDUK, DENGAR, CATAT DAN HAPALKAN".
Pembelajaran – guru yang mengajar dengan menciptakan situasi dan kondisi
belajar yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan artinya ia tidak hanya mengetahui meteri pelajaran tetapi ia juga
mampu memahami, menerapkan suatu konsep atau memiliki ketrampilan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Guru dalam kelompok pembelajaran
bertindak sebagai fasilitator, pemberi motivasi dan rangsangan, pembimbing dan
konsultan terhadap kesulitan yang dihadapi siswa serta mengarahkan proses pada
tujuan yang telah ditetapkan. Siswa menjadi lebih aktif dengan melakukan diskusi,
latihan, eksperimen atau proses discoveri keilmuan.
Pembelajaran bebas – guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam pem-belajaran.
Siswa memilih materi
pembelajaran apa yang akan dipelajari sesuai dengan minat dan pilihannya serta
bagaimana cara mempelajarinya.Secara umum bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta
didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat .
2.1.2. Pendekatan
dalam Pendidikan Islam
A. Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching Learning-CTL)
Salah satu unsur
terpenting dalam penerapan pendekatan kontekstual adalah pemahaman guru untuk
menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Akan tetapi,
fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guru-guru mengenai strategi ini. Oleh karena itu
diperlukan suatu model pengajaran dengan menggu-nakan pembelajaran kontekstual
yang mudah dipahami dan diterapkan oleh para guru di dalam kelas secara
sederhana.
Pembelajaran
kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan
bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan
apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi
di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi,
transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan
masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok.
Jawahir mengemukakan bahwa guru dapat
menggunakan strategi pembe-lajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut, yaitu:
1. memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa;
2. lebih mengaktifkan siswa dan guru;
3. mendorong berkembangnya kemampuan
baru;
4. menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat.
Melalui pembelajaran
ini, siswa menjadi lebih responsif dalam menggunakan pengetahuan
dan ketrampilan di kehidupan nyata sehingga
memiliki motivasi tinggi untuk belajar. Beberapa hal yang harus diperhatikan para
guru dalam mengimplementasikan
pendekatan kontestual, adalah :
1. Pembelajaran Berbasis
2. Memanfaatkan Lingkungan Siswa untuk
Memperoleh Pengalaman Belajar
3. Memberikan Aktivitas Kelompok
4. Membuat Aktivitas Belajar Mandiri
5. Menyusun Refleksi
B. Pendekatan
Sains
Pendekatan sains
yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai
dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan
prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris
menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
Melalui pendekatan
sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya,
seperti:
1. sosiologi pendidikan; suatu cabang
ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji
faktor-faktor sosial dalam pendidikan;
2. psikologi pendidikan; suatu cabang
ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan
perkembangan individu dalam belajar;
3. administrasi atau manajemen
pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen
untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar
tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien;
4. teknologi pendidikan; suatu cabang
ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek
metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien;
5. evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa;
6. bimbingan dan konseling, suatu cabang
ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti:
sosiologi, teknologi dan terutama psikologi. Tentunya masih banyak
cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang
dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.
C. Pendekatan
filosofis
Pendekatan filosofi
yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan
dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuh-kan filsafat karena
masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang
hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah
yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman
inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh
sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang
bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai
dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan
menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu
perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja
pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang
radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan
ke dalam tiga model:
1. model filsafat spekulatif adalah cara
berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara
rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat
raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi
dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan
keseluruhan pengalaman
2. model filsafat preskriptif berusaha
untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai,
penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang
disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda
pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari
fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep
tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat; dan
3. model filsafat analitik memusatkan
pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam
bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan
istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak
membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir.
Dari kajian tentang
filsafat pendidikan diatas, selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan,
diantaranya:
1. Perenialisme; lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan
dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Esensialisme; menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik
agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu
3. Progresivisme; menekankan pada pentingnya melayani
perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar
dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta
didik aktif.
4. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi
lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekon-struktivisme, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Di samping mene-kankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan
sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses
5. Eksistensialisme menekankan pada
individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami
kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan :
bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
D. Pendekatan
Religius
Pendekatan religi
yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber
dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan
nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja
pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara
kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan
religi, titik tolaknya adalah keimanan. Pendekatan religi menuntut orang
meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian
mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir mengemukakan dasar
ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan
sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara
akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan
dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin
kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada
aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat
kebenaran-nya.
Dalam proses perencanaan pembelajaran terkandung juga kegiatan pendekatan
yang akan dilakukan oleh seorang guru terhadap peserta didik, karena pendekatan
sangat menentukan interaksi antara guru dan siswa. Pendekatan yang dapat
digunakan secara garis besar adalah :
A. Pendekatan imposisi atau ekspositoris yaitu pendekatan dengan ciri guru
menyam-paikan materi pembelajaran dengan penuturan atau dengan melontarkan
(ekspositoris) materi pembelajaran. Metode ini berkembang dari fakta empiris
yang menyatakan bahwa manusia pada mulanya tidak memiliki ide atau pengetahuan
apa-apa sebagaimana yang dikembangkan oleh John Locke dengan filosofi
"Tabula Rasa" – lalu guru bertindak sebagai supliyer ilmu kepada
siswa.
B. Pendekatan
Teknologis yaitu
pembelajaran dengan menggunakan perangkat (wares), baik berupa perangkat benda
atau perangkat keras (hardware), misalnya Radio, Televisi, atau komputer dan
perangkat program (software).
C. Pendekatan
Personalisasi yaitu
pembelajaran dengan meengarahkan pada siswa untuk menentukan apa yang ingin
dipelajari, sehingga yang bersangkutan mempertahankan keunggulan yang semula
sudah dimiliki dan mengembangkannya sesuai dengan dasar-dasar yang sudah
dimiliki. Dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan pada prinsip saling
membutuhkan, aktif dan jiwa kemandirian. Filosofi progresifistis berpandangan bahwa manusia asalnya adalah baik dan aktif.
D. Pendekatan
Interaksional yaitu
proses pembelajaran dengan pola terjadinya interaksi yang seimbang antara guru
dan siswa. Guru aktif dalam memberi rangsangan maupun jawaban, demikian juga
siswa. Guru senantiasa melemparkan permasalahan yang terformat dalam media
pembelajaran, sehingga siswa terlatih kemampuannya untuk memecahkan masalah
melalui penggunaan argumentasi verbal.
E. Pendekatan konstruktivis yaitu proses pembelajaran dimana siswa
melakukan preposisi yang sederhana dengan mengkonstruk pengertian terhadap
dunia tempatnya hidup. Manusia membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
F. Pendekatan Inquiri adalah pemberian materi pembelajaran
pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika
berhadapan dengan dunia nyata melalui proses penelitian. Siswa sebagai
peneliti, maka ia harus melakukan prosedur mengenali permasalahan, menjawab
pertanyaan, melakukan research dan investigasi dan menyiapkan kerangka
berfikir, hipotesis, dan penjelasan kompatibel dengan pengalaman pada dunia
nyata.
G. Pendekatan
Pemecahan Masalah – yaitu
pembelajaran dengan titik tekan untuk mengembangkan higher order thinking
skills (kerangka ketrampilan berfikir tingkat tinggi) melaui proses solving
atau pemecahan masalah. Pendekatan Pemecahan Masalah akan merangsang siswa
mampu menjadi :
1. Eksplorer (mencari penemuan baru)
2. Inventor (mengembankan gagasan/ide dan
pengujian baru yang inovatif
3. Desainer (mengkreasi rencana dan model baru)
4. Desicion maker (pengambil
keputusan-melatih menetapkan pilihan yang bijaksana).
5. Komunikator (mengembangkan
metode-teknik bertukar pemikiran dan berinteraksi)
Dalam perspektif pembelajaran Qur'ani – ditemukan beberapa pola atau
model pendekatan yang biasa
dilakukan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam adalah :
A. Pendekatan
Pengalaman – yaitu
pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman
nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Pengalaman adalah
suatu hal yang sangat berharga dalam kehidupan manusia – Syaiful Bachri Djamrah
menjelaskan bahwa pengalaman adalah guru tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh
siapapun juga.
Al Qur’an memberikan contoh yang sangat jelas bagaimana pendekatan
pengalaman dipakai dalam memberikan pelajaran dan peringatan kepada semua
manusia agar mereka tidak terjerumus dalam situasi dan perbuatan yang sama
–misalnya bagaimana Allah menjadikan jasad Fir’aun sebagai sumber pelajaran
dengan pola pendekatan pengalaman. Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Yunus
ayat 92.
Artinya :” Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.
Sedemikian pentingnya pendekatan pengalaman dalam pembelajaran pendidikan
Islam, sehingga Allah berkali-kali memerintahkan umat Islam atau manusia pada
umumnya untuk mencari pengalaman dengan mengkaji riwayat bangsa-bangsa
terdahulu dan terus menerus melakukan kajian terhadap bekas tempat tinggal dan
kehidupan mereka, juga dengan berbagai peristiwa alam yang terjadi dalam
kehidupan kita – sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Yunus ayat 39.
Artinya :”bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum
mengetahuinya dengan sempurna Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya.
Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu”.
Metode mengajar yang dapat dipakai dalam pendekatan pengalaman, diantaranya
adalah metode eksperimen
(percobaan), metode drill (latihan), metode sosiodrama dan bermain peran, dan
metode pemberian tugas belajar dan resitasi dan lain sebagainya.
B. Pendekatan
Pembiasaan – pembiasaan
adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan
pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan
ajaran agamanya, baik secara individu maupun secara berkelompok dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Pendekatan Emosional – yaitu usaha untuk mengubah perasaan dan
emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang
baik dan yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri manusia –
emosi erat kaitannya dengan perasaan manusia. Seseorang yang mempunyai perasaan
pasti dapat merasakan sesuatu; baik perasaan jasmaniah, maupun perasaan
rokhaniyah. Di dalam perasaan rokhaniyah tercakup perasaan intelektual, perasaan
estetis dan perasaan etis, perasaan sosial dan perasaan harga diri. Peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan mereka akan menjadi bangunan emosi atau perasaan
mereka.
D. Pendekatan
Rasional – adalah suatu
pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan
kekuasaan Allah. Ajaran agama Islam sebagian harus diyakini tanpa ada
interpretasi karena memang ajaran tersebut ”ghairu ma’qul”, tetapi dalam
konteks yang lain terdapat ajaran yang harus dicerna dengan pendekatan rasio.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan manusia, penciptaan alam
semesta, kekayaan dan keragaman hayati dan aspek-aspek lain dari keindahan tata
ruang angkasa – membutuhkan kecermelangan rasio untuk memahaminya. Out put pemahaman dengan pendekatan
rasio terhadap keajaiban alam menjadikan manusia bertambah keimanannya – mereka
yang mampu menggunakan rasio alam memahami kekuasaan dan kebesaran Allah
tersebut dikenal dengan ”Ulul Albab” sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an
Surat Ali Imron ayat 190-191.
Artinya :”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal”, ”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Perintah menggunakan akal sebagai alat eksplorasi keilmuan dan keimanan
menjadi begitu penting karena akal adalah pintu utama masuknya ilmu pengetahuan
dan dengan akal pula manusia mampu memikirkan kebesar-an dan kekuasaan Allah,
sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Rum ayat 8.
Artinya :”dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri
mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya melainkan dengan (tujuan) yangbenar dan waktu yang ditentukan. dan
Sesungguhnya keba-nyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan
dengan Tuhannya”.
E. Pendekatan Fungsional – adalah usaha memberikan materi agama
dengan menekankan pada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pendekatan fungsional
dilakukan di sekolah karena dinilai dapat menjadikan agama lebih hidup dan
dinamis. Metode yang dalam pendekatan ini adalah metode latihan,
ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan demonstrasi.
F. Pendekatan Keteladanan – adalah memperlihatkan keteladanan,
baik yang langsung melalui penciptaan kondisi, pergaulan yang akrab antara
personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang
mencermin-kan akhlaq terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan
ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
Secara natural, seorang anak dibekali kemampuan untuk mengidentifikasi,
mengasosiasi dan bahkan meniru apa yang pernah dilihat atau dijumpainya. Oleh
sebab itu diperlukan public figur yang baik (berakhlaqul karimah) karena anak
tersebut akan menjadikannya sebagai bahan rujukan untuk memerankan dirinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Keteladanan yang paling baik adalah meneladani perilaku dari Rasulullah. Tidak ada keteladanan yang lebih baik dari pada keteladanan yang
dicontohkan oleh Rasulullah sebagaimana firman Allah dal Al Qur’an Surat al
Akhzab ayat 21.
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
G. Pendekatan
Terpadu – adalah
pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara
serentak beberapa pendekatan, yaitu pendekatan keimanan (akidah), pengalaman
(experient), pembiasaan, rasional (akliah), emosional (gejolak kejiwaan),
fungsional (nilai kegunaan) dan keteladanan (uswah).
2.2. Metode Pendidikan
Islam
2.2.1. Pengertian
Metode
Kata metode berasal dari bahasa
Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan,
yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”. Dalam Bahasa
Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang
berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka
alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah
adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya aktivitas untuk mencapai tujuan,
aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung, adanya perubahan
tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
2.2.2. Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut
permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri.
Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan
merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan
yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode
pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar
agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk
pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang
digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul
secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai
pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan
biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya
intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang
guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan
nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil
pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan
secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta
didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi
psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal
termasuk dalam tataran rohani.
Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada
interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai
terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis
peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit
untuk dicapai.
2.2.3. Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang
lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat
universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang
prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode- metode
tersebut adalah :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui
penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta
didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an :
فَلَمَّآ أَنجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنفُسِكُم مَّتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka
membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil
kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah
kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus
: 23)
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang
telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini
terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman,
islam, dan ihsan. Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits
berikut ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah
hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi
Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda;
Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di
antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian?
Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa
kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan
menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah.
Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).Terdapat
dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi :
وَقَالُوا يَاوَيْلَنَا هَذَا يَوْمُ الدِّينِ هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَاكَانُوا يَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ
Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari
pembalasan.Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya(kepada
Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman
sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,Selain Allah;
Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S. Assafat : 20-23)
d. Metode Pemberian
Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana
seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan
hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
قُمْ فَأَنذِرْ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
وَلاَتَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Artinya :
Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah
peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan
dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.
e. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid
memperhatikannya.Terdapat dalam hadits yang berbunyi.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari
Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami
mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau
selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang
penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang
dan rindu pada keluarga, beliau menanyakantentang orang-orang yang kami
tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama
keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.
Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan
salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
f. Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu
percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap
murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan
arahan. Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn
Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb,
maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir
kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah
perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di
tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian
Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan
kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya
pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
g. Metode
Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi
pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan. Prinsip metode ini terdapat dalam
Al Qur’an
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
h. Metode Targhib dan
Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran
dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan
agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Prinsip dasarnya
terdapat dalam hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan
padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari
Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat
syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka,
wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun
yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang
paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan
”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari,
t.t, I: 49)
i. Metode pengulangan
(tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan
cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat
lebih lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ
ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw
bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang
tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
2.3 Media Pendidikan Islam
2.3.1. Pengertian
dan Fungsi Media
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang
berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan
komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar
dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan
guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan
metode pendidikan.
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”.
AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan
media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.
Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya
mengenal media sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang
memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar,
memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih
sederhana, kongkret, mudah dipahami. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi
serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut :
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan.
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan.
Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa
dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang
hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat
mempertinggi proses belajar siswa.
Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motifasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan dikuasai siswa.
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.
Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motifasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan dikuasai siswa.
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.
Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi
proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa. Berfikir
siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana
menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan
ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan
berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan
kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan.
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.
2.3.3 Jenis-Jenis
Media Pendidikan Islam
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan pesan pembelajaran. Setiap jenis atau
bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat
media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam
mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat
klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai
media tersebut[5].
Beberapa
jenis media yang sering digunakan, yaitu
a. Media cetak
Media cetak adalah jenis media yang paling banyak
digunakan dalam proses belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang
sangat bervariasi, mulai dari buku, brosur, leaflet, studi guide, jurnal
dan majalah ilmiah. Buku adalah media
yang bersifat fleksibel (luwes) dan biaya pengadaannya relatif
lebih murah jika dibandingkan dengan pengadaan media lain.
Penggunaan media cetak dalam proses pembelajaran dapat dikombinasikan
sebagai informasi utama atau bahkan suplemen informasi terhadap
penggunaan media lain.
b. Media pameran
Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga
dimensi. Informasi yang dapat dipamerkan dalam media ini, berupa
benda-benda sesungguhnya (realia) atau benda reproduksi atau tiruan dari
benda- benda asli. Media yang dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis media pameran yaitu poster, grafis
(graphic materials), realita, dan model.
1. Realita, benda nyata yang
dapat dihadirkan di ruang kuliah untuk keperluan proses pembelajaran.
Pengajar dapat menggunakan suatu sistem misalnya peralatan laboratorium.
2. Model, benda tiruan yang
digunakan untuk mempresentasikan realitas. Model mesin atau benda tertentu
dapat digunakan untuk menggantikan mesin riel.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dalam pendidikan Islam
mempunyai peranan yang amat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan penyampaian materi (pesan-message) sangat tergantung
bagaiaman si penyampai menggunakan pendekatan atau bahkan metode yang
cocok. Dalam konteks pendidikan dikenal banyak pendekatan yang
kemudian menginspirasi lahirnya berbagai strategi dan metode pembelajaran.
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran.
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Badruzaman, Ahmad. Strategi dan
Pendekatan dalam Pembelajaran. Ar Ruuz, Yogyakarta, 2006
Ramayulis, 2008, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Sudarman Danim, Media Komunikasi
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Tafsir, Ahmad Dr. Ilmu
Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar