Minggu, 07 Juni 2015

Makalah Teori Behaviorisme

BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan masalah penting dalam pisikologi pendidikan. Perilaku peserta didik agar dapat menguasai atau memahami sesuatu, merupakan upaya dari peserta didik sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah proses pendewasaan (dari ketidak-dewasaan menjadi dewasa). Adapun pendidik berupaya agar dapat memahami atau dikuasai oleh peserta didik yang belum dewasa.
Perilaku sebelum menguasai atau memahami dibandingkan dengan perilaku sesudah menguasai atau memahami merupakan objek pengamatan dari kelompok behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis. Pisikologi dinamis adalah pisikologi yang khusus menggarap masalah tenaga batin, dorongan, dan motif yang mempengaruhi perilaku seseorang ataupun kelompok.
Salah satu fungsi psikologi pendidikan adalah dasar perilaku manusia. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku kehidupan yang baik. Pendekatan perilaku ini melahirkan beberapa teori dan konsep dari banyak peneliti.
1.2  Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Behaviorisme ?
2. Siapakah tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan teori belajar Behaviorisme ?
                3. Apakah latar belakang timbulnya teori belajar Behaviorisme ?
1.3 Tujuan
Dengan makalah ini diharap kan mahasiswa dapat mengerti tentang Teori Belajar Behaviorisme, Tokoh-tokoh yang berpengaruh di dalam Teori Belajar Behaviorisme dan apa yang melatar belakangi timbulnya Teori belajar Behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Teori-teori belajar psikologi Behaviorisme
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “ S-R psychologists”. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.
                Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement”) terhadap tingkah laku tersebut.
2.2     Teori-teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behaviorisme.
Psikologi aliran Behaviorisme mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang di pelopori oleh :
2.2.1           Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike adalah salah seorang tokoh dalam lapangan psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Dalam tulisannya yang mula-mula sekali thorndike berpendapat, bahwa yang menjadi dasar belajar itu ialah asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi yang demikian itu disebut “Bond” atau “Conection”. Asosiasi atau bond atau koneksi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Karena prinsip yang demikian  maka teori Thorndike itu disebut Connection atau Bond Psychology.
Bentuk belajar yang khas baik pada hewan maupun pada manusia itu oleh Thorndike disifatkan sebagai “trial and error learning” atau “learning by selecting and connecting”. Organisme (pelajar, dalam eksperimen dipergunakan hewan juga) dihadapkan kepada situasi yang mengandung problem untuk dipecahkan, pelajar harus mencapai tujuan. Pelajar itu akan akan memilih respon yang tepat di antara berbagai respon yang mungkin di lakukan.
Eksperimen-eksperimen Thorndeke yang mula-mula modelnya adalah demikian ini, dan terutama dilakukan dengan mempergunakan kucing sebagai subyek dalam eksperimen itu. Eksperimen yang khas ialah dengan kucing yang dipilih yang masih muda yang kebiasaan-kebiasaannya masih belum kaku, dibiarkan lapar, lalu dimasukkan kedalam kurungan yang disebut “problem box”.kontruksi pintu kurungan itu dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu pintu kurungan akan terbuka dan dapat ke luar dan mencapai makanan (daging) yang ditempatkan di luar kurungan itu sebagai hadiah atau daya penarik bagi si kucing yang lapar itu.
Pada usaha (trial) yang pertama kucing itu melakukan berbagai macam gerakan yang kurang relevan bagi pemecahan problemnya, seperti mencakar, menubruk, mengeong dan sebagainya. Sampai kemudian menyentuh tombol dan pintu terbuka. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha yang pertama ini adalah lama. Percobaan yang sama seperti itu dilakukan secara berulang ulang, pada usaha-usaha (trial) berikutnya ternyata waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu makin singkat. Hal ini di tafsirkan oleh Thorndike demikian : “kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar mempertahankan respon-respon yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon-respon yang salah.
Dari penelitian itu thorndike menemukan hukum-hukum belajar pokok yaitu :
a.       Law of Readiness
Law of readiness adalah apabila kecenderungan bertindak itu timbul karena penyesuaian diri atau hubungan dengan sekitar, karena sikap dan sebagainya, maka memenuhu kecenderungan itu dalam tindakan akan memberikan kepuasan, dan tidak memenuhi kecenderungan tersebut akan menimbulkan ketidakpuasan. Jadi sebenarnya readiness itu adalah persiapan untuk bertindak, ready to act.
b.       Law of Exercise
Hukum ini mengandung dua hal yaitu :
1)       Law of use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat jika ada latihan,
2)       Law of disuse : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan atau penggunaan dihentikan.
Jadi, law of exercise adalah makin banyak di praktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu di sertai dengan “reward”.

c.        Law Of Effect
Law of effect ini menunjukkan makin kuat atau makin lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan. Apabila suatu hubungan atau koneksi dibuat dan disertai atau di ikuti oleh keadaan yang memuaskan , maka kekuatan hubungan itu akan bertambah, sebaliknya apabila suatu koneksi sibuat dan disertai atau di ikuti oleh keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan berkurang.
2.2.2           Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Nama Pavlonisme ini diberikan berdasarkan nama peletak dasar aliran ini yaitu Ivan Petrovich Pavlov. Pavlov adalah anak seorang pendeta, orang tuanya menginginkan agar anaknya kelak mengikuti jejaknya menjadi pendeta., karena itu dalam pendidikan Pavlov memang disiapkan untuk itu. Tetapi Pavlov sendiri merasa tidak cocok dengan pekerjaannya sebagai pendeta itu, sehingga dia memilih jalannya sendiri. Dia memilih belajar ilmu kedokteran, dengan mengambil spesialisasi dalam bidang fisiologi. Sejak tahun 1890 dia telah menjadi ahli fisiologi yang kenamaan, dan pada tahun 1904 mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi. Sejak tahun 1902 ia telah mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian-penelitiannya dengan mempergunakan anjing sebagai subjek cukup terkenal dimana-mana.
Anjing dioperasikan kelenjar ludahnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan si peneliti untuk mengukur dengan teliti air liur yang keluar sebagai respon (reaksi) apabila ada perangsang mekanan ke mulutnya dan hasilnya :
Setelah percobaan diulang berkali-kali, maka ternyata air liur telah keluar sebelum makanan sampai ke mulutnya, yaitu :
a)       Pada waktu melihat piring makanannya
b)       Pada waktu melihat orang yang biasa memberikan makanan, dan bahkan
c)       Pada waktu mendengar langkah orang yang biasa memberimakanan itu.
Jadi disini makanan merupakan perangsang yang sewajarnya (perangsang alami) bagi refleks keluarnya air liur, sedangkan orang, suara langkah itu merupakan perangsang yang bukan sewajarnya, sebab seharusnya, dalam keadaan normal, anjing tidak akan mengeluarkan air liur kalau meliat orang atau mendengar langkah orang. Pengamatan terhadap piring, orang, langkah orang tersebut merupakan pertanda (sinyal, isyarat) terhadap datangnya makanan.
Sebenarnya, secara psikologis, refleks bersyarat itu merupakan reaksi sebagai hasil belajar, tetapi Pavlov tidak tertarik pada masalah ini, melainkan lebih tertarik pada masalah fungsi otak. Pengaruh Pavlov kepada para ahli Fisiologi malah tidak begitu besar, pengaruh yang besar jusrtu dalam lapangan psikologi. Salah seorang ahli yang berjasa dalam menyebarkan pengaruh Pavlov itu dalam lapangan psikologi adalah von Bechterev. Di Amerika Serikat pun pengaruh aliran psikologi ini besar sekali. Jadi Pavlovianisme ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan Behaviorisme di  Amerika Serikat.
2.2.3           John B. Watson (1878-1958)
Tokoh utama aliran ini ialah Hohn B. Watson. Watson sebenarnya mula-mula belajar filsafat, tetapi kemudian pindah ke dalam lapangan Psikologi. Sejak tahun 1912 Watson telah menjadi terkenal karena penyelidikan-penyelidikannya mengenai proses belajar pada hewan.
Dasar-dasar pendapat Watson  adalah :
a.       Masalah Objek Psikologi
Watson berpendapat bahwa sebagai science psikologi harus bersifat positif, sehingga objeknya bukanlah kesadaran dan hal-hal lain yang dapat di amati, melainkan haruslah tingkah laku yang positif, yaitu tingkah laku yang dapat diobservasi. Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar. Reaksi tersebut terdiri dari gerakan-gerakan dan perubaha-perubahan jasmani tertentu, jadi dapat diamati secara objektif.
b.       Masalah Metode
Watson menolak sama sekali metode introspektif, karena metode tersebut dianggapnya tidal ilmiah. Sedangkan para ahli saja sudah terbukti memberikan hasil yang berbeda-beda kalau menggunakan metode introspeksi ini, apalagi kalau yang menggunakannya itu bukan ahli. Kecuali itu sebenarnya metode intropeksi itu memang tidak perlu di pergunakan, karena objek psikologi adalah positive behavior, maka dengan sendirinya tidak memerlukan metode introspeksi ini. Metode yang pokok adalah observasi.
c.        Bagian-bagian Teori Watson yang Terpenting

1)       Teori Sarbon (stimulus and response bond theory)
Tingkah laku yang kompleks ini dapat dianalisis menjadi rangkaian “Unit” perangsang dan reaksi (stimulus and response), yang di sebut refleks.
a)       Perangsang atau stimulus itu adalah situasi obyektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam, seperti misalnya: sinar, bola yang dilemparkan, rumah yang terbakar, kereta api yang penuh sesak dan sebagainya.
b)       Respon adalah reaksi objektif daripada individu terhadap situasi sebagai perangsang, yang wujudnya juga dapat bermacam macam sekali, seperti misalnya : memukul bola, mengambil makanan, menutup pintu dan sebagainya.

2)       Pengamatan dan Kesan (sensasion and perception)
Karena tidak dapat menerima pendapat bahwa kesadaran itu ada pada hewan, maka Watson berpendapat bahwa kita tidak berhak berbicara tentang hewan meliha, mendengar, dan sebagainya. Tetapi kita harus berbicara tentang hewan-hewan melakukan respon motoris yang daapat ditunjukan terhadap perangsang-perangsang pendengaran, pengelihatan, dan sebagainya.  Karena itu tidak dapat dibantahkan bahwa hewan membuat respon pendengaran, respon pengelihatan, dan sebagainya, jadi data obyektif disini adalah stimulus dan respon.
3)       Perasaan, Tingkah Laku Afektif
Watson berpendapat, bahwa hal senang dan tidak senang itu adalah soal senso-motoris. Dia ingin mengetahui apakah ada reaksi emosional yang dibawa sejak lahir. Untuk keperluan ini dia melakukan penyelidikan terhadap berpuluh-puluh bayi yang dirawat dirumah sakit dan mendapatkan adanya tiga macam pola tingkah laku emosional (dalam arti yang diamati) yaitu : reaksi emosional (1) Takut, (2) marah, dan (3) cinta.
Dalam eksperimen-eksperimennya lebih lanjut dia mendapat kesimpulan, bahwa reaksi-reaksi emosional itu dapat ditimbulkan dengan persyaratan (conditional) dan reaksi emosional bersyarat itu dapat dihilangkan dengan persyaratan kembali (reconditioning).
4)       Teori Tentang Berpikir
Watson mulai dengan postulatnya yang biasa, yaitu bahwa berpikir itu haruslah semacam tingkah laku sensomitoris, dan bagi dia berbicara dalam hati adalah tingkah laku berpikir. Orang terutama anak-anak, seringkali berpikir dengan bersuara (berbicara). Anak sering mengatakan apa yang sedang dikerjakannya. Anak juga belajar berkata kepada diri sendiri tentang apa yang sedang dikerjakannya, apa yang telah dikerjakannya, dan dengan demikian sampailah dia kepada bentuk orang dewasa. Orang dewasa sering mengganti tindakan-tindakan dengan semacam percakapan terhadap diri sendiri, untuk menghemat waktu dan tenaga.
5)       Pengaruh Lingkungan (pendidikan, belajar, pengalaman) dalam perkembangan individu.
Watson berpendapat bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk dalam perkembangan, karena latihan dan belajar..
Aliran Behaviorisme sebagaimana yang dirumuskan oleh Watson itu dewasa ini boleh dikatakan hampir tidak ada yang mengikuti secara konsekuen. Namun demikian pengaruh pendapat Watson itu masih tetap besar, terutama di Amerika Serikat sendiri, yaitu dalam bentuk aliran yang sudah direvisi : Neo Behaviorisme.
2.2.4           Burhuus Federick Skinner
Seperti Pavlov dan Watson, Burhuus Federick Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua tokoh yang terdahulu itu, Skinner menbuat perincian lebih lanjut.
1.       Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
a.       Responden response (reflexive response), yaitu respons yang di timbulkan oleh perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut elicting stimuli, menimbulkan respon-respon yang secara relative tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.
b.       Operant Response ( instrumental response), yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organism. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah di lakukan. Jika seseorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, meka dia akan menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).

2.       Prosedur Pembetulan Tingkah-Laku
Jika di sederhanakan, prosedur pembentukan tingkah-laku dalam operant conditioning itu adalah sebagai berikut :
a.       Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforce (hadiah) bagi tingkah-laku yang akan di bentuk itu.
b.       Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah-laku yang dimaksud.
c.        Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce (hadiah) untuk masing-masing komponen itu.

d.       Melakukan pembentukan tingkah-laku, dengan menggunakan urutan komponen-komponen yang telah tersusun itu. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya di berikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen itu makin cenderung untuk sering dilakukan.  Kalau ini sudah terbentuk, dilakukan komponen ke dua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak lagi memerlukan hadiah), demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah-laku yang diharapkan terbentuk.
Teori Skinner tersebut dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat dan Negara-negara pengaruhnya. Konsep-konsep behaviorncontrol dan behavior modification yang sangat popular di kalangan-kalangan tertentu, bersumber pada teori ini.


BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan

1.       Behaviorisme mempunyai arti yang penting pula di dalam ilmu jiwa hewan dan anak-anak. Karena objek ini tidak dapat diselidiki dengan metode-metode yang lain kecuali dengan metode observasi.
2.       Objek ilmu jiwa harus hanya sesuatu yang tampak, yang dapat di indra, yang dapat di observasi. Bukan kesadaran. (Hal inilah yang kemudian Behaviorisme disebut pula ilmu jiwa tidak berjiwa, atau ilmu jiwa objektif)
3.       Metode yang dipakai dalam ilmu jiwa harus metode ilmu pengetahuan alam. Yaitu mengamati kemudian menyimpulkan hasi-hasil pengamatan itu. Metode-metode yang lain tidak benar.
4.       Dengan metode itu, maka ilmu jiwa harus menyelidiki objeknya sehingga menemukan unsur yang terdasar, yang terdalam.

3.2    Saran

Peroses belajar dapat dipengaruhi oleh banyak sekali faktor-faktor. Pendidik harus mengatur faktor-faktor tersebut agar berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya anak
didik. Motif boleh dikatakan merupakan faktor yang menentukan dalam belajar, menentukan berhasil atau tidaknya usaha belajar. Karena itu pendidik harus berusaha mempergunakan daktor ini sebaik-baiknya. Karena taraf aspirasi para anak didik itu bermacam-macam, maka seberapa mungkin pendidik harus mengenal taraf aspirasi mereka ini, dan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut. Dimana perlu anak didik dibuatkan tujuan sementara yang dekat untuk member arah kepada usaha mereka dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Cetakan ketiga, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Cetakan keempat, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Prof.Dr.H.Djaali, 2003. Pisokologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sujanto, Agus. 2009. Psikologi Umum. Cetakan kelima belas, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Cetakan kesebelas, Jakarta: Kelapa Gading permai 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masuk angin

Angin tiba tiba menyelinap ke dalam pori memasuki ruang-ruang kosong, menyesaki paru hingga sesak untuk dihembuskan. Menerawang jauh de...