Jumat, 26 Desember 2014

Thank Sense


 
Thank means confession of kindness that have got

Thank describes sincerity of human soul

Thank shows  how great feeling is 

Thank shows how gentle heart is 

Thank makes relationship more closely

Thank grows the positive thinking highly

Thank unites two distinction 

Thank buries grudge

Thank wipes tear

Thank removes anger

Thank changes foul minded

Thank Thank Thank Thank Thanks

Thank is simple word that relieves the deepest feeling, heart, and soul people who got

I thank for you



 

Kamis, 11 Desember 2014

Kuberikan Ketika Ku Masih Hidup

Suatu ketika seseorang yang sangat kaya bertanya kepada temannya.
 "Mengapa aku dicela sebagai orang yang kikir? padahal semua orang tahu bahwa aku telah membuat surat wasiat untuk mendermakan seluruh harta kekayaanku bila kelak aku mati."

"Begini," kata temannya, aku ceritakan kepadamu tentang kisah babi dan sapi.

suatu hari babi mengeluh kepada sapi mengenai dirinya yang tak tidak disenangi manusia.
 "Mengapa orang selalu membicarakan kelembutanmu dan keindahan matamu yang sayu itu, tanya babi. Memang kau memberikan susu, mentega dan keju. tapi yang kuberikan jauh lebih banyak.
aku memberikan lemak, daging, paha, bulu, kulit. bahkan kakiku pun dibuat asinan!
tetap saja manusia tak menyenangiku. Mengapa?"

sapi berpikir sejenak dan kemudian menjawab, "ya, mungkin karena aku telah memberi kepada manusia ketika aku masih hidup."

silahkan di renungkan !!

what you give you get back!! 
apa yang kita miliki adalah apa yang kita berikan
walau hanya sebesar zarrah tetap bernilai
 

                                                  
                                                           Source: Dokter Sudarmono, Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi

Minggu, 16 November 2014

ABU NAWAS BEKERJA DI PERUSAHAAN JAHIT


                                                         “Kikir sifatnya hilang hartanya”

 
Alkisah ketika Abu Nawas masih bekerja di  muda, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian yang terkenal pada masa itu. Majikan tempat ia bekerja saat itu terkenal pelit dan tak mau berbagi dengan sesama

Suatu hari majikannya dangan dengan satu kendi susu. Karena sifat pelitnya dan khawatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, “Hai Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan aku  tak mau kamu mati karena meminumnya”. Sesaat kemudian sang majikan pun pergi keluar karena suatu kepentingan.

Sepeninggal majikannya, datanglah seorang pembeli yang ingin membeli pakaian. Transaksi jual beli pun berlangsung dan Abu Nawas mendapatkan uang dari hasil menjual pakaian. 

Menjelang siang karena Abu Nawas merasa lapar, pergilah ia membeli roti ke sebuah toko. Karena tidak mempunyai uang maka ia menggunakan uang haasil menjual pakaian untuk membeli roti. Sekembalinya ia ke tempat kerjanya, ia menghabiskan madu milik majikannya.

Ketika majikannya datang usai kepentingannya selesai, sang majikan tersadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Sedangkan uang hasil penjualan juga tidak ada. Bertanyalah ia pada Abu Nawas.

“Abu, apa sebenarnya yang telah terjadi?” tanya majikan heran.

Dengan tenang seolah tak melakukan apapun,  Abu Nawas menjawab, “Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, maka aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu.”

Source: Rahimsyah, Kumpulan Humor Sufi, Surabaya: Dua Media Surabaya,



TIGA PERTANYAAN




Suatu ketika,, ada seorang pemuda yang mencari seorang guru agama,,, atau siapapun yang dapat menjawab pertanyaan yang sealma ini mengganjal pikirannya. Akhirnya bertemulah ia pada seorang guru/ orang bijaksana..
Sebut saja pemuda itu fulan (F), dan orang bijaksana itu guru (G).
F: anda siapa? Dapatkan anda menjawab pertanyaan saya?
G: saya jhamba Allah dan dengan izinnya saya akan menjawab pertanyaan anda.
F: apakah anda yakin bisa menjaawab pertanyaan saya? Karena banyak orang pintar yang tidah mampu menjawabnya.
G: saya akan berusaha semampu saya.
F: saya punya tiga buah pertanyaan.
Pertama, kalau memang tuhan itu ada, bsakah anda tunjukan wujud Tuhan kepada saya?
Kedua, apakah yang dinamakan takdir  itu?
Ketiga, kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang terbuat dari api, tentu tidak akan menyakitkan karena memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba orang bijaksana itu menampar pipi si pemuda dengan keras.
F (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada sayaa?
G: saya tidak marah... tamparan itu adalah jawaban dari semua pertanyaanmu.
F: sungguh saya tidak mengerti...
G: bagaimana rasanya di tampar?
F: Tentu saja saya merasa sangat sakit..
G: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
F: tentu.
G tunjukan rasa sakit itu!
F: saya tidak bisa
G: itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
G: apa tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
F: tidak
G: apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
F: tidak
G: itulah yang dinamakan takdir
G: terbuat dari apa tangan saya yang saya gunakan untuk menampar anda tadi?
F: Kulit
G terbuat dari apa pipi anda?
F: Kulit
G: Bagaimana rasa tamparan saya?
F: sakit
G: walaupun setan dan neraka sama-sama terbuat dari api, nerakan tetap menjadi tempat menyakitkan untuk setan.....

Source:  Dokter Sudarmono. Mutiara kalbu Sebening Embun Pagi: 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Volume 2. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta. 2010.

Rabu, 05 November 2014

Can You?

Can you see me?
See the deepest soul of me

Can you hear me?
Hear the softest whisper of me

Can you touch me?
Touch the smallest particle of me

Can you follow me?
Follow the fastest step of me

Can you find me?
Find the strongest thought of me

Can you bring me?
Bring the brightest shadow of me

Can you believe me?
Believe the biggest secret of me

Can you?












LINKING VERB



A.      Definition of Linking Verb
According to Oxford Advanced Learners Dictionary, Linking verb is “A verb such as be or become that connects a subject with the adjective or noun (called the complement) that describes it: in ‘She becomes angry’, the verb ‘became’ is the linking verb.”[1]
According to Pyle and Munoz, they state that linking verbs are unlike most verb, these do not show action and linking verbs must be modified by adjective, not adverbs. [2]
Suryadi and Junaida explain that adjective can be used as predicate. Predicate is located after the inchoative verb (become, come, get), verb (smell, taste, fell), and verb (seem, look, marry, die).[3]
From the explanation above it can be concluded that linking verb is a verb  such as be  and other than be (seem, look, come, get, etc.) that do not show an action and connect a subject to adjective or noun.
B.       The Formula of Linking Verb
According to whishon and burk, they explain that there are three sentence patterns with linking verbs:
1.       The first pattern is Noun+ Linking Verb+ Adjective.
 “In this pattern, a linking verb connects a subject to a complement which tell something about the subject. The complement in this pattern is an adjective.”[4]
 The common linking verb is be. However other verb can be used as linking verb such as become, remain, stay, appear, seem, sound, feel, look, smell, taste.
The examples are as follow:
1.      Verb be
Noun
Linking verb
adjective
Water
Is
necessary
Floods
can be
harmful
Cindy
was
Poor
Natural resources
Are
precious
Sally
Will be
happy
I
Am
pleased

2.      Verb other than be
Noun
Linking verb
adjective
They
remained
sad
You
Seem
happy
She
Feels
afraid
This flowers
Smells
sweet
Dani
Looks
cheerful
The soup
Tastes
good




2.      The second pattern is Noun+ Linking Verb+ Adverbial.
“Only time and place adverbials are used in this pattern”.[5]  Both time and place adverbials occur in the same sentence, adverbials of place go before adverbial of time.
The example are as follow:
Noun
Linking verb
Adverbial
Doni
is not
here now
The office
Is
there
She
must be
There soon
He
should be
in time for dinner
He
Was
here yesterday

3.      The third pattern is Noun+ Linking Verb+ Noun. “The complement in this pattern ia a noun or pronoun, and is often called the subjective complement or the predicate nominative.[6]
The examples are as follow:
Noun
Linking verb
Noun
My name
Is
Annisa
I
am
a student
She
will become
a doctor
Richard  
smelled
the cookies
Miss Janic
Is
a lawyer
He
tastes
pizza

Jim miller adds that another construction of copula (linking verb) is Noun Phrase + copula + Prepositional Phrase. “This construction is used in order to state where some entity is located”.[7]
The examples are as follow:
Noun
Linking verb
Prepositional phrase
Fiona
Is
in German
Many people
Were
in the park
Tarzan
Is
in the tree
Miss Janic
Is
behind the house
Some paper
Was
on the table

 





[1] As Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary, Oxford University Press, Oxford, 2010, p. 867.
[2] Michael A. Pyle, and Mary Ellen Munoz, Test of English as a Foreign Language: PREPARATION GUIDE, John Wiley & sons (SEA) Pte. Ltd, Singapore, 1991, p. 107.
[3] Suryadi dan Junaida, Complete English Grammar, Cetakan IV: Edisi Revisi, Pustaka Pelajar, Yoyakarta, 2011, p. 114.
[4] Gerrge E. Wishon and Julia M. Burks, Let’s Write English: Revised Edition, Litton Educational Publishing, New York, 1980, p. 69.
[5] Ibid., p. 72.
[6] Ibid., p. 78.
[7] Jim Miller, An Introduction to English Syntax, Edinburgh University Press, Edinburgh, 2002, p. 31.

Masuk angin

Angin tiba tiba menyelinap ke dalam pori memasuki ruang-ruang kosong, menyesaki paru hingga sesak untuk dihembuskan. Menerawang jauh de...